Presiden China Xi Jinping berjanji akan meluncurkan inisiatif untuk mendukung industrialisasi dan modernisasi pertanian di Afrika. “Kami akan memanfaatkan sumber daya dengan lebih baik untuk kerja sama dengan Afrika dan inisiatif dunia usaha untuk mendukung Afrika dalam mengembangkan sektor manufakturnya serta mewujudkan industrialisasi dan diversifikasi ekonomi,” kata Xi pada pertemuan dengan para pemimpin dan menteri dari Uni Afrika di sela sela KTT BRICS, Kamis (24/8/2023). Pernyataan Xi tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan yang sebelumnya telah dilakukan oleh Diplomat China, Wu Peng dengan beberapa negara negara Afrika.

Peng sendiri telah menerima masukan dari negara negara Afrika bahwa mereka ingin Beijing mengalihkan fokusnya dari pembangunan infrastruktur ke industrialisasi lokal. Namun, beberapa analis mencatat pendanaan China untuk infrastruktur telah menurun. “Jika para pemimpin Afrika melobi China untuk mengurangi pembiayaan proyek infrastruktur, mereka mendorong pintu terbuka,” kata Brad Parks, kepala AidData, sebuah laboratorium penelitian di universitas William & Mary AS.

Reaksi Bangga Wisudawati Lihat Ayahnya Datang Pakai Kaos Lusuh & Sandal Jepit: Itu Busana Terbaiknya Halaman 3 Kasus Rabies di TTU, RSUD Kefamenanu Siapkan 3 Ruangan Isolasi bagi Pasien Tertular Rabies Presiden China Xi Jinping Janji Beri Dukungan untuk Industrialisasi Pertanian di Afrika

FOTO : Pameran Foto 'Wanita Separuh Malaikat' di Living World Pekanbaru Ganti Label Makanan Minuman Kadaluarsa lalu Dijual Lagi, 5 Orang Ditangkap di Minut Sulawesi Utara Foto foto: LSKP Akan Kerahkan Relawan Pemantau Pemilu di Sulsel

Xanana Gusmao Bertolak ke China untuk Bertemu Presiden Xi Jinping Dampak Boikot Produk Pro Israel, CEO Starbucks Minta Masyarakat Berhenti Demo Kedai Kopinya Halaman all “Pada 2009, mereka mengeluarkan hibah dan pinjaman senilai 88 miliar dolar AS untuk mendukung proyek infrastruktur di Afrika. Namun, pada 2021, komitmen hibah dan pinjaman untuk proyek infrastruktur di Afrika hanya berjumlah 24 miliar dolar AS,” sambungnya.

Sementara itu, direktur Pusat Studi Tiongkok Afrika di Universitas Johannesburg, David Monyae mengatakan masuk akal jika perusahaan China ingin memindahkan pabrik ke Afrika, mengingat mereka memiliki kelebihan kapasitas produksi di China. “Banyak di antara mereka yang sudah memiliki kinerja baik di kawasan industri di Ethiopia dan Kenya,” kata Monyae. “Mereka bergerak cepat, siap, punya modal dan keterampilan. Bagaimanapun, mereka adalah penggerak pertama,” pungkasnya.

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *