Pengamat Ekonomi Energi dari UGM Fahmy Radhi menyatakan, konflik Iran Israel berpotensi memicu kenaikan harga minyak dunia serta kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Fahmy menerangkan, konflik di Selat Hormuzn akan mengganggu jalur supply chain minyak dunia sehingga menghambat pasokan minyak dan menaikkan biaya distribusi. "Berpotensi menaikan harga minyak dunia. Apalagi sebelum pecah konflik harga minyak dunia sudah naik pada kisaran 89 dolar AS per barrel, potensi kenaikan harga minyak dunia akan berlanjut saat eskalasi ketegangan Iran Israil meluas," ucap Fahmy dalam keterangannya, Sabtu (20/4/2024).
Dia menjelaskan, sebagai net importer, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan berpengaruh terhadap harga BBM di Indonesia, bahkan berpotensi di atas asumsi ICP (Indonesian Crude Price) asumsi APBN 2024 yang telah ditetapkan sebesar 82 dolar AS per barrel. Dijelaskan Fahmy dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia, Pemerintah melalui Menteri Koordinator Perekonomian menjamin bahwa Pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM Subsidi sampai Juni 2024. Pemerintah hanya akan melakukan penyesuaian arah subsidi energi. Meski begitu jika eskalasi konflik Iran Israil meluas, tidak menutup kemungkinan harga minyak dunia akan melambung.
“Bahkan diperkirakan bisa mencapai di atas US 100 dolar AS per barel. Dalam kondisi tersebut, Pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri,” jelasnya. Pakar: Konflik Iran Vs Israel Bisa Berdampak le Kenaikan Harga BBM Dalam Negeri Konflik Iran Israel Diprediksi Berdampak Terhadap Kenaikan Harga BBM
Perang Iran vs Israel Berdampak ke Harga BBM Dalam Negeri, Pemerintah Jangan Beri Harapan Palsu Harga Terbaru BBM di Bali: Pertalite Rp10rb per Liter, Ancaman Kenaikan Akibat Konflik Israel Iran Harga BBM di Indonesia Termasuk Maluku Terancam Naik Dampak Konflik Iran Vs Israel
Konflik Iran VS Israel Berpotensi Bikin Harga Emas dan Minyak Melonjak Babak Belur Industri Manufaktur Jateng: Dihajar Kenaikan Nilai Tukar Dollar Konflik Iran vs Israel Menurutnya, jika harga BBM Subsidi tidak dinaikan, beban APBN akan membengkak. Berikutnya kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM.
Hal ini semakin memperlemah kurs rupiah terhadap dolar AS, yang saat ini sudah sempat menembus Rp16.000 per dolar AS. Sementara jika harga BBM Subsidi dinaikan dipastikan akan memicu inflasi yang menyebabkan kenaikan harga harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat. “Dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia akibat konflik Iran Israil ini, sebaiknya Pemerintah jangan memberikan PHP atau harapan palsu kepada rakyat dengan menjamin bahwa harga BBM Subsidi tidak akan dinaikan hingga Juni 2024. Pemerintah sebaiknya mengambil keputusan realistis berdasarkan indikator terukur, salah satunya harga minyak dunia,” katanya.
Karena itu sarannya, jika harga minyak dunia masih di bawah 100 dolar AS per barel, harga BBM Subsidi tidak perlu dinaikan. Namun, jika harga minyak dunia mencapai di atas US 100 dolar AS per barel, harga BBM Subsidi sebaiknya dinaikan, sembari memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin yang terdampak.